Skip to content

𝖗𝖎𝖋𝖆𝖎𝖍𝖆𝖒𝖉𝖆.𝖈𝖔𝖒

The Second Brain of Rifai Hamda

Menu
  • Topik Trending
  • Pendidikan
    • Materi Bahasa Inggris
  • Bisnis
    • Marketing
    • Ekspor & Impor
    • Trading & Investasi
  • Teknologi
    • Pemrograman
    • Teknisi HP & Laptop
  • Kesehatan
    • Kesehatan Tubuh
    • Psikologi
  • Lainnya
    • Sejarah & Pemerintahan
    • Sepak Bola
    • Belajar Menulis
    • Public Speaking
      • Stand Up Comedy
    • Musik
Menu

Pembelajaran Sosial Emosional dalam Dunia Pendidikan

Posted on 17 Mei 2025 by Rifai Hamda

Pembelajaran sosial emosional adalah pendekatan pendidikan yang membantu siswa mengembangkan kemampuan untuk mengelola emosi, mengontrol perilaku, menunjukkan empati, menyelesaikan konflik secara positif, membuat keputusan yang bertanggung jawab, serta menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain.

Sosial Emosional Menurut CASEL

Menurut Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning (CASEL), pembelajaran sosial emosional terdiri atas 5 kompetensi. Kelima kompetensi pembelajaran sosial emosional tersebut adalah:

  1. Kesadaran Diri (Self-awareness): Siswa diajak untuk mengenali dan memahami emosi, nilai, serta pikiran mereka yang memengaruhi perilaku.
  2. Manajemen Diri (Self-management): Kemampuan untuk mengatur emosi dan tindakan secara tepat dalam situasi yang berbeda.
  3. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab (Responsible decision making): Membuat pilihan yang etis dan produktif berdasarkan evaluasi situasi.
  4. Kesadaran Sosial (Social awareness): Mampu memahami perspektif dan kondisi orang lain, termasuk dari latar belakang yang berbeda.
  5. Keterampilan Sosial (Relationship skills): Membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat, efektif, dan positif.

Pembelajaran sosial dan emosional di lingkungan sekolah dapat diterapkan dengan berbagai cara, seperti:

  • Secara rutin, di luar jam pelajaran inti, dalam bentuk kegiatan refleksi atau pembiasaan.
  • Terintegrasi dalam mata pelajaran, misalnya melalui diskusi kasus, kerja kelompok, permainan peran, dan aktivitas interaktif lainnya.
  • Sebagai budaya sekolah, yaitu dengan membangun lingkungan yang damai, saling menghargai, dan inklusif.

Contoh penerapan pembelajaran sosial emosional dapat kita lihat sebagai berikut, Butet yang merupakan seorang guru yang menghadapi siswa dengan berbagai tantangan:

  1. Kesadaran Diri: Butet memahami emosinya sendiri, seperti stres dan kelelahan, sebagai langkah awal untuk bertindak bijak.
  2. Manajemen Diri: Ia menerapkan strategi seperti istirahat cukup dan olahraga guna menjaga keseimbangan emosi.
  3. Pengambilan Keputusan: Butet memilih langkah yang bertanggung jawab dengan mencari dukungan dan menyesuaikan strategi mengajar.
  4. Kesadaran Sosial: Ia mencoba memahami masalah pribadi yang mungkin dihadapi siswa-siswanya.
  5. Keterampilan Sosial: Butet membangun komunikasi yang lebih terbuka dan efektif dengan siswanya.

Mengapa pembelajaran sosial dan emosional menjadi kebutuhan penting di dunia pendidikan?

  • Membantu membangun hubungan yang positif antara guru dan siswa.
  • Menciptakan suasana belajar yang inklusif dan aman.
  • Mendorong peningkatan prestasi akademik.
  • Mengembangkan keterampilan sosial yang dibutuhkan di kehidupan nyata.

EMC2 (Empathy, Mindfulness, Compassion, Critical Inquiry)

UNESCO dan Mahatma Gandhi Institute of Education menyebutkan empat kompetensi yang diperlukan dalam pendidikan dan relasi sosial yaitu EMC2:

  1. Empati (Empathy): Mampu memahami perasaan dan cara berpikir orang lain.
  2. Mindfulness: Kesadaran penuh terhadap situasi sekarang, tanpa menghakimi.
  3. Belas Kasih (Compassion): Tidak hanya memahami penderitaan orang lain, tetapi juga terdorong untuk meringankannya.
  4. Critical Inquiry: Proses mengkaji informasi secara kritis dan objektif sebelum membuat keputusan.

Experiential Learning

Dalam pendekatan experiential learning, siswa diajak belajar melalui pengalaman langsung. Proses ini mencakup empat siklus menurut Kolb: mengalami, refleksi diri, berpikir kritis, dan bertindak. Berdasarkan 4 siklus pembelajaran tersebut, Kolb kemudian mengidentifikasi beberapa gaya belajar:

  • Diverging: Mengamati dan menganalisis dari berbagai sudut pandang, Dalam konteks belajar formal, mereka menikmati kegiatan kolaboratif dalam kelompok serta terbuka terhadap masukan atau kritik membangun.
  • Assimilating: Mengutamakan logika dan analisis ide, Dalam pembelajaran di kelas, mereka menikmati aktivitas membaca, menganalisis, dan mengeksplorasi konsep atau ide secara mendalam.
  • Converging: Menerapkan teori ke dalam praktik nyata, Dalam pembelajaran formal, mereka suka mencoba simulasi dan menerapkan teori secara langsung ke dalam praktik.
  • Accommodating: Menyukai pengalaman langsung dan kerja lapangan, Dalam lingkungan belajar, mereka lebih senang berinteraksi secara langsung, bekerja sama dengan orang lain, serta aktif dalam kegiatan lapangan atau praktik nyata.

School Well-Being

Konsep school well-being juga penting dalam mendukung pembelajaran sosial emosional adalah dengan menciptakan lingkungan yang sehat secara menyeluruh. Aspek ini mencakup:

  • Having: Kondisi dan suasana belajar yang mendukung di sekolah.
  • Loving: Hubungan sosial yang positif.
  • Being: Pemenuhan diri dan penghargaan pada diri.
  • Health: Kesehatan fisik dan mental guru serta siswa.

Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran sosial dan emosional, sekolah dapat menjadi tempat yang tidak hanya mengasah kemampuan akademik, tetapi juga karakter dan kepekaan sosial peserta didik.

Navigasi pos

← Model Pembelajaran Inovatif Abad 21
Teknologi Baru dalam Pengajaran dan Pembelajaran →

Artikel Terbaru

  • Adjective (Kata Sifat)
  • Noun (Kata Benda)
  • The Eight Parts of Speech (Delapan Jenis Kata Bahasa Inggris)
  • Introduction (Pendahuluan)
  • English Grammar (Tata Bahasa Inggris)
Powered by 𝖗𝖎𝖋𝖆𝖎𝖍𝖆𝖒𝖉𝖆.𝖈𝖔𝖒 | Follow me on My Instagram