UbD (Understanding by Design) adalah pendekatan perencanaan kurikulum yang dikembangkan oleh Grant Wiggins dan Jay McTighe. Prinsip UbD menekankan pentingnya merancang pembelajaran dengan memulai dari tujuan akhir yang ingin dicapai oleh siswa, sebuah konsep yang dikenal sebagai “desain mundur” (backward design).
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa siswa benar-benar memahami konsep yang diajarkan, bukan sekadar menghafal informasi tanpa konteks.
Prinsip UbD dalam Perencanaan Pembelajaran
Penyusunan modul ajar menggunakan prinsip UbD (understanding by design) mencakup 3 langkah penyusunan yaitu: tujuan pembelajaran β asesmen β kegiatan pembelajaran.
Berikut akan diuraikan 3 langkah UbD dalam perencanaan pembelajaran:
1. Tujuan Pembelajaran (TP)
Tujuan pembelajaran terbagi menjadi 2 yaitu: TP umum dan khusus.
Tujuan pembelajaran disusun berdasarkan CP (Capaian Pembelajaran). CP merupakan TP umum yang masih bisa diuraikan lagi menjadi TP khusus.
Tujuan pembelajaran mencakup 2 hal yaitu:
- Kompetensi: meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
- Konten: materi/topik pembelajaran (misalnya dalam pembelajaran IPA yaitu βciri-ciri makhluk hidupβ)
Selain itu, tujuan pembelajaran juga harus dipastikan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound).
Dalam mengembangkan tujuan pembelajaran khusus, terdapat 4 komponen yang perlu diperhatikan. Komponen-komponen ini dikenal dengan istilah komponen ABCD:
- A (Audience) merujuk pada pihak yang menjadi target tujuan pembelajaran, yaitu peserta didik.
- B (Behavior) mengacu pada perilaku atau kompetensi yang diharapkan dapat ditunjukkan oleh siswa. Contohnya, siswa mampu mengenali ciri-ciri bangun ruang dalam pelajaran matematika. Dalam merumuskan bagian ini, guru dianjurkan untuk menggunakan kata kerja operasional sesuai dengan Taksonomi Bloom.
- C (Condition) menggambarkan situasi atau dengan cara apa/perilaku siswa dapat guru cermati yang memungkinkan siswa menampilkan perilaku yang diharapkan. Misalnya, siswa diminta mengidentifikasi karakteristik bangun ruang dengan menghitung panjang sisi-sisinya.
- D (Degree) menunjukkan tingkat pencapaian atau kriteria keberhasilan yang diharapkan dari siswa. Sebagai ilustrasi, siswa mampu mengenali bangun ruang melalui perhitungan sisi-sisinya dengan tingkat akurasi 80% dari setidaknya lima benda yang mereka pilih di kelas.
2. Asesmen (Penilaian)
Berdasarkan waktu pelaksanaan dan fungsi, asesmen juga dibagi menjadi 3 yaitu:
Jenis Asesmen | Waktu Pelaksanaan | Fungsi Utama |
---|---|---|
Asesmen Diagnostik | Sebelum pembelajaran dimulai | Mengidentifikasi kemampuan awal dan kebutuhan siswa |
Asesmen Formatif | Selama proses pembelajaran | Memberi umpan balik dan perbaikan proses belajar |
Asesmen Sumatif | Setelah pembelajaran selesai | Menentukan capaian akhir belajar siswa |
Mengapa kita harus melakukan asesmen diagnostik (asesmen awal sebelum pembelajaran)?
Hal itu supaya dapat memahami karakteristik dan kesiapan belajar siswa, serta dapat memilih metode pembelajaran yang tepat.
Asesmen diagnostik dilakukan dengan 2 cara asesmen:
- Asesmen kognitif, yaitu asesmen untuk mengetahui kemampuan/pengetahuan/pemahaman awal yang telah dimiliki siswa sebelum memulai topik baru (pembelajaran).
- Asesmen non-kognitif, dapat meliputi:
- Gaya belajar yang disukai oleh murid,
- Minat,
- Latar belakang, seperti asal-usul keluarga, budaya, dan lingkungan sosial,
- Kondisi sosial-emosional, yaitu keadaan emosional dan interaksi sosial yang mempengaruhi proses belajar.
Berdasarkan tujuan, peran, dan karakteristik, asesmen dibagi menjadi 3 yaitu:
Jenis Asesmen | Tujuan Utama | Peran dalam Pembelajaran | Karakteristik | Contoh |
---|---|---|---|---|
Assessment for Learning (AfL) | Membantu guru dan siswa memahami proses belajar secara berkelanjutan. | Digunakan guru untuk menyesuaikan pengajaran. | Dilakukan selama proses pembelajaran untuk memberikan umpan balik yang membangun. | Kuis singkat, diskusi kelas, atau pertanyaan terbuka yang digunakan untuk menyesuaikan strategi pengajaran. |
Assessment of Learning (AoL) | Menilai pencapaian akhir siswa terhadap tujuan pembelajaran. | Digunakan untuk membuat keputusan akhir. | Bersifat sumatif dan biasanya dilakukan di akhir unit atau semester. | Ujian akhir, atau presentasi proyek yang digunakan untuk menentukan kelulusan atau peringkat. |
Assessment as Learning (AaL) | Meningkatkan kesadaran belajar siswa atau Mendorong siswa untuk menjadi penilai aktif terhadap pembelajaran mereka sendiri. | Siswa menilai dan merefleksi diri sendiri atau antar teman sejawat. | Melibatkan refleksi diri dan penilaian sejawat untuk meningkatkan kesadaran metakognitif. | Jurnal refleksi, penilaian diri, atau diskusi kelompok yang membantu siswa memahami kekuatan dan area yang perlu diperbaiki. |
Berdasarkan formatnya, asesmen dibagi menjadi 2 yaitu:
Jenis Asesmen | Fokus pada Pembelajaran | Contoh |
---|---|---|
Asesmen tradisional | Fokus pada pengetahuan dan pemahaman | Pilihan ganda, esai |
Asesmen alternatif | Fokus kepada pembelajaran proses | Demostrasi, bermain peran, membuat projek |
3. Kegiatan Pembelajaran
Rancangan kegiatan pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yg sesuai kebutuhan, minat dan relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Apa saja yang harus guru persiapkan agar kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik?
- Tentukan pendekatan pembelajaran. Contoh: TaRL, CRT, dan sebagainya.
- Tentukan model pembelajaran. Contoh: PBL, PjBL, dan sebagainya.
- Tentukan metode pembelajaran. Contoh: ceramah, tanya jawab, demonstrasi, diskusi, karyawisata, dan sebagainya.
- Tentukan media pembelajaran. Contoh: media visual, alat peraga, dan sebagainya.
- Tentukan bahan ajar. Contoh: menggunakan buku, video, dan sebagainya.
- Buat skenario pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu (jam pelajaran yang disediakan)