Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah pendekatan di mana siswa menjadi subjek aktif dalam proses belajar, bukan sekadar penerima informasi.
Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik disebut Student Centered Learning (SCL), yang menekankan pada keaktifan, kemandirian, dan tanggung jawab siswa dalam belajar.
Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik artinya siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif, berpartisipasi aktif dalam pembelajaran melalui diskusi, kerja kelompok, dan eksplorasi, serta menerapkan pengetahuan dalam konteks kehidupan nyata.
Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta Didik seperti Apa?
Seorang guru harus memahami karakteristik peserta didik, baik dari segi kemampuan awal, minat, gaya belajar, maupun kebutuhan emosional. Guru merancang kegiatan pembelajaran yang bervariasi (berdiferensiasi) dan inklusif.
Perlu digarisbawahi, setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dengan pendekatan personal, mereka dapat lebih termotivasi dan terlibat dalam proses belajar.
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk membentuk pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah sebagai berikut:
- Melakukan asesmen awal sebelum proses pembelajaran.
- Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
- Merancang lingkungan belajar yang inklusif dan positif.
- Menerapkan asesmen formatif secara berkelanjutan.
- Menggunakan media dan teknologi yang relevan.
- Mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional.
- Melibatkan orang tua/wali dan komunitas dalam pembelajaran
- Terus belajar dan mencari inspirasi untuk berinovasi.
Berikut uraian terkait poin-poin Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk membentuk pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
1. Melakukan Asesmen Awal
Sebelum memulai proses pembelajaran, guru seharusnya melakukan asesmen awal untuk memahami karakteristik, kebutuhan, dan potensi setiap peserta didik.
Hal ini mencakup pemetaan gaya belajar (visual, auditori, kinestetik), minat, kemampuan akademik, serta aspek sosial-emosional mereka.
Guru dapat menggunakan berbagai instrumen seperti kuesioner, observasi, dan wawancara singkat dengan peserta didik untuk memperoleh gambaran menyeluruh.
Guru perlu mengetahui bahwa menurut teori kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Howard Gardner, terdapat 8 kecerdasan manusia, yaitu:
- Kecerdasan Linguistik: Kemampuan menggunakan bahasa secara efektif, baik lisan maupun tulisan. Contoh calon profesi: penyair, penulis, jurnalis.
- Kecerdasan Logis-Matematis: Kemampuan berpikir logis dan matematis, menganalisis masalah, dan melakukan perhitungan. Contoh calon profesi: ilmuwan, insinyur, akuntan.
- Kecerdasan Visual-Spasial: Kemampuan memahami dan memvisualisasikan ruang, bentuk, dan gambar. Contoh calon profesi: arsitek, seniman, desainer grafis.
- Kecerdasan Kinestetik-Jasmani: Kemampuan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan ide dan emosi, serta keterampilan fisik. Contoh calon profesi: atlet, penari, aktor.
- Kecerdasan Musikal: Kemampuan memahami, mencipta, dan mengapresiasi musik. Contoh calon profesi: musisi, komposer, penyanyi.
- Kecerdasan Interpersonal: Kemampuan memahami dan berinteraksi dengan orang lain. Contoh calon profesi: guru, psikolog, pemimpin.
- Kecerdasan Intrapersonal: Kemampuan memahami diri sendiri, termasuk perasaan, motivasi, dan tujuan hidup. Contoh calon profesi: filsuf, penulis, konselor.
- Kecerdasan Naturalis: Kemampuan mengenali dan mengategorikan flora, fauna, dan elemen alam. Contoh calon profesi: ahli biologi, petani, pecinta alam.
2. Menerapkan Pembelajaran Diferensiasi
Berdasarkan hasil asesmen awal, guru dapat merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan gaya belajar masing-masing siswa.
Ini mencakup penyediaan materi yang bervariasi (teks, video, audio) dan pendekatan pengajaran yang berbeda (pembelajaran kelompok, individual, atau berbasis proyek).
Guru dapat menetapkan tujuan belajar yang berbeda sesuai kemampuan peserta didik, sehingga setiap siswa merasa tertantang tetapi tidak terbebani.
3. Merancang Lingkungan Belajar yang Inklusif dan Positif
Guru harus menciptakan lingkungan kelas yang mendukung, di mana setiap peserta didik merasa aman dan dihargai. Ini dapat dilakukan dengan membuat aturan kelas yang melibatkan siswa dalam pembuatannya, sehingga tercipta rasa memiliki.
Guru juga dapat mempraktikkan komunikasi positif dan memberikan umpan balik yang membangun kepada setiap siswa. Relasi yang baik dengan siswa akan mendorong mereka untuk lebih terbuka dan terlibat dalam proses pembelajaran.
4. Menerapkan Asesmen Formatif secara Berkelanjutan
Guru harus menerapkan asesmen formatif secara berkelanjutan selama proses pembelajaran, seperti memberikan kuis singkat, diskusi kelompok, atau jurnal refleksi.
Hasil asesmen ini akan digunakan untuk menyesuaikan strategi pengajaran yang berkelanjutan dan memberikan umpan balik yang tepat kepada siswa.
5. Menggunakan Media dan Teknologi yang Relevan
Guru dapat memanfaatkan berbagai media dan teknologi yang relevan untuk mendukung pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Penggunaan aplikasi pembelajaran, video edukatif, atau alat bantu interaktif lainnya dapat membantu siswa memahami materi dengan cara yang lebih menyenangkan dan sesuai dengan gaya belajar mereka.
Selain itu, teknologi dapat membantu guru dalam memberikan asesmen dan umpan balik secara lebih efisien, serta memfasilitasi pembelajaran yang lebih mandiri bagi siswa.
6. Mengintegrasikan Pembelajaran Sosial-Emosional
Untuk mendukung perkembangan peserta didik secara menyeluruh, guru dapat mengintegrasikan pembelajaran sosial-emosional dalam kegiatan sehari-hari di kelas.
Kegiatan seperti diskusi kelompok, refleksi diri, dan permainan kolaboratif akan membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan emosional, seperti empati, kerjasama, dan kemampuan mengelola emosi.
7. Melibatkan Orang Tua/Wali dan Komunitas
Guru dapat melibatkan orang tua dan komunitas dalam proses pembelajaran, misalnya melalui komunikasi rutin tentang perkembangan peserta didik dan kegiatan mereka di sekolah.
Terutama, keterlibatan orang tua dapat memperkuat dukungan bagi peserta didik dalam mengembangkan potensi secara optimal.
8. Terus Belajar dan Berinovasi
Guru harus selalu mengevaluasi dan merefleksikan praktik pengajarannya. Dengan mengikuti pelatihan, membaca literatur pendidikan terkini, dan berdiskusi dengan rekan sejawat.
Guru harus terus mengembangkan keterampilan dan pengetahuan sebagai pendidik. Selain itu, guru juga dapat terbuka terhadap umpan balik dari siswa dan rekan guru untuk memperbaiki strategi pengajaran yang diterapkan.